Rabu, 01 Oktober 2014

DIN SASTERA ( AGAR ANAK GEMAR MENULIS )

Kini, dunia tulis-menulis menjadi lebih gegap gempita setelah dimasuki oleh anak-anak. Publik pun mengapresiasi kehadirannya. Pemerintah, penerbit dan media massa sudah banyak menerbitkan karyanya dan memberikan penghargaan atas prestasinya. “Penulis Cilik” menjadi salah satu sebutan yang lumayan membanggakan dan mulai impikan anak.

Lalu, bagaimana agar anak-anak bisa gemar menulis?

Suatu ketika saya dan istri menerawang jauh ke masa depan anak-anak. Ketika itu kami sedang memikirkan profesi apa yang cocok bagi si kembar cewek (Qonita dan Salma). Profesi  yang baik bagi kehidupan dan agamanya. Waktu itu kami belum kenal penulis cilik. Generasi awal penulis cilik seperti Sri Izzati dan Faiz mungkin sudah ada, tetapi tidak setenar sekarang.

Lalu, saya dan istri mengaca pada diri sendiri. Kami sama-sama lulusan perguruan tinggi, namun tidak bisa berbuat apa-apa untuk mandiri. Kami tidak memiliki keterampilan dan pengalaman. Beberapa kali berwiraswasta tidak menemui keberhasilan. Beberapa macam perkerjaan telah saya jalani, dan umumnya hanya betah tiga tahun. Sedikit banyak akhirnya saya memiliki pengetahuan mengenai lingkungan hidup, perikanan, akuntasi, agama (pesantren), perdagangan dan penulisan-penerbitan. Sepanjang itulah saya mulai mencoba-coba menulis. Satu-dua tulisan artikel dan buku berhasil diterbitkan.

Maka, muncullah ide untuk membekali si kembar dengan keterampilan menulis. Ya, menulis. Menurut saya, menulis dapat menjadi sebuah mainan, sarana belajar, dan sekaligus sarana untuk meniti kariernya. Betapa tidak?

1. Menulis adalah sebuah mainan

Sejak kelas 2 SD (2004) si kembar mulai bermain dengan peralatan menulis (pensil, buku, kertas, dll). Mereka juga menulis cerita di salinan dokumen AMDAL untuk memanfaatkan halaman yang kosong. Menjelang kelas 3 mereka mulai menggunakan komputer. Pikir saya, bila rusak ya itulah mainannya rusak, tak mengapa. Si kembar rupanya semakin senang menulis.

Mereka bermain (baca: berlatih) menyusun kata, kalimat dan paragraf. Agar tidak terganggu, saya sengaja tidak memperkenalkan game. Sedangkan facebook, multiply ataupun internert juga belum kenal. Mereka asyik dengan permainan tulis-menulis. Mereka mendapatkan kebahagiaan tatkala dapat menyelesaikan tulisan-tulisannya.

Bahkan, kegembiraan-kegembiraan yang dirasakan oleh penulis dewasa, juga dirasakan oleh mereka. Seperti perasaan lega setelah berhasil menumpahkan semua beban dan unek-uneknya ke dalam tulisan. Serta, perasaan berharga bila dirinya mampu menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi umat manusia atau teman-teman sebaya. 

2. Menulis adalah sarana belajar

Bukan hanya bagi penulis cilik, menulis juga berguna sebagai sarana belajar bagi penulis dewasa. Penulis belajar untuk menyelami dirinya sendiri dan mengembangkan kepribadiannya, meluaskan wawasannya, melembutkan hatinya, serta bisa belajar dari semua hikmah yang terpancar dari proses baca-tulis dan hasil tulisannya. 

3. Menulis adalah sarana untuk meniti karier
Setidak-tidaknya ada dua keuntungan bagi karier anak yang gemar menulis, yaitu: 

a) Sebagai penunjang profesinya

Tidak semua penulis cilik secara otomatis ingin mendalami dunia kepenulisan. Mantan penulis cilik, Sri Izzati kini kuliah di psikologi UI. Mantan penulis remaja, Hilmy kini kuliah di TI Telkom University, setelah menolak tawaran saya untuk kuliah di Jurnalistik atau Sastra.

Namun yang jelas, kemampuan menulis anak akan menunjang statusnya baik sebagai mahasiswa atau kelak bagi profesinya. Sebab, tak ada satu bidang pun yang tidak memerlukan peran kepenulisan. Bahkan, kepakaran seseorang lebih (tampak) terukur ketika dia mampu menuliskan bidang kemampuannya dalam sebuah buku. 

b) Sebagai penunjang profesinya

Kini, sudah tidak sepantasnya meragukan profesi penulis. Sudah banyak orang memilih jalan menulis sebagai profesi. Kita patut ragu apabila kita menjalaninya tidak serius. Kata pepatah Man jadda wa jadda (siapa yang serius, dia yang jadi). Karena, memang tidak ada jaminan –gaji, apalagi uang pensiunan—ketika kita bertekad memilih menulis sebagai profesi.

Dengan demikian, tidak perlu diragukan lagi kelebihan-kelebihan anak yang gemar menulis. Apakah anak kita akan berprofesi sebagi penulis atau tidak, yang jelas dunia tulis-menulis bisa dijadikan sebagai dunia bermain, sarana belajar dan penunjang karier apabila mereka suka, dan tanpa paksaan. Ini sebuah ikhtiar saya. Semoga bermanfaat. Salam.

Di Kutip dari : www.pesantrenpenulis.com

[] Oleh: Hanjaeli 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar