Karenanya
menulis adalah sebuah proses panjang menuju goresan tinta yang tajam. Semakin
diasah, ia akan semakin tajam. Hingga bisa menghunus siapa saja lewat rangkaian
katanya. Maka sejatinya menulis bukan hanya sekedar merangkai kata tanpa makna.
Akan tetapi ada makna disetiap kata-kata yang akan merubah peradaban dunia.
***
“Tidak ada resep bagi
seorang penulis selain menulis sekarang juga!”
Itulah satu kalimat yang
saya temui dalam buku inspiring words for writer. Kalimat yang selalu
membuat kobaran api semangat dalam diri saya untuk selalu menuangkan apa yang
ada dalam pikiran saya. Gagasan, ide yang menggeliat-geliat dalam pikiran itu
seakan tumpah ruah dalam tulisan saya.
Saya sendiri juga tidak
tahu, kapan tepatnya saya mulai menyukai dunia literer. Yang jelas, seingat
saya, kala itu saya yang masih duduk dibangku SMP sedang gandrung dengan
buku-bukunya bunda Asma Nadia, bang Gol a Gong, bunda Afifah Afrah, bunda
Izzatul Janna dan sederet punulis ternama lainnya yang tergabung dalam Forum
Lingkar Pena.
Gaya bahasa yang ringan
segmen remaja, dengan muatan dakwah yang terselip didalamnya membuat saya
mengidolakan mereka. Dari situlah saya terinspirasi untuk menjadi seorang
penulis. Saya ingin berdakwah lewat tulisan saya. Karena saya tahu, saya orang
yang paling susah untuk berdialog didepan umum.
Namun perjalanan menjadi
seorang penulis tak semudah yang dibayangkan. Butuh waktu, butuh perjuangan
untuk bisa merangkai sebuah kata menjadi sebuah kalimat, paragraf hingga
menjadi sebuah karya tulis yang indah, penuh makna dan bisa diterima oleh
pembaca.
Awalnya saya hanya bisa menuliskan isi hati
saya dalam buku harian saya. Lambat laun akhirnya saya memberanikan diri
menulis artikel, cerpen yang sengaja saya tulis dibuku tulis. Karena pada saat
itu saya belum mempunyai laptop ataupun komputer terjelek sekalipun.
Tulisan yang tak pernah
jadi itu kemudian terbuang sia-sia. Karena ketidak beranian saya untuk mendapat
komentar atas tulisan yang saya buat. Pernah beberapa kali saya kirimkan ke
majalah sekolah (MIFTAH – media informasi MTs N Gresik) dan majalah Annida.
Namun tak pernah dimuat. Sekali lagi tak pernah dimuat!
Saya mulai putus asa!
Perlahan hoby membaca dan menulis saya mulai pudar seiring dengan kesibukan
saya di pesantren saat saya SMA. Akan tetapi saya teringat kembali sebuah kata
yang saya tulis dalam biodata singkat almamater smp saya dulu, be teacher,
writer and painter. Kata-kata yang akhirnya saya tuliskan kembali dalam
biodata alamamater sma saya, saya ingin menjadi seorang penulis buku best
seller!
Aah... apakah mungkin? Dari
mana jalannya? Bathin saya selalu bertanya-tanya. Entah dari mana datangnya,
tiba-tiba saya menemukan sebuah buku kumal yang terselip diantara tumpukan buku
mata pelajaran perpustakaan pondok. Buku inspiring words for writer
karya ustadz Fauzul Adzim inilah yang akhirnya membuat saya banyak termotivasi.
Di buku
itu diceritakan tentang bang Jhoni Ariadinata, seorang tukang becak yang biasa
mangkal di Malioboro yang hampir 500 kali tulisannya ditolak oleh media. Dan
berkat kegigihannya kini beliau menjadi penulis yang tak diragukan lagi
karyanya. Saya masih ingat, saya sering menemui tulisannya di majalah Annida,
dikolom dapur penulis.
Di
buku
itu saya diajari bagaimana seorang penulis pemula seperti saya ini, agar gigih
dan tidak pantang menyerah. Dan dibuku itu pula saya akhirnya tahu, bahwa
menulis bukan hanya persoalan merangkai sebuah kata menjadi kalimat yang indah
tanpa makna. Akan tetapi, saya diajarkan bahwa menulis adalah goresan tinta
yang tajam. Karena Ada makna disetiap rangkaian kata-kata yang mudah dipahami
oleh pembacanya.
Lewat buku itu Allah
memberikan ruh semangat yang tak pernah habis. Saya mulai kembali menulis.
Artikel perjalanan, cerpen, dan apapun yang berkeliaran dalam pikiran saya.
Tapi sayang, karena tidak berani mengirimkan kemedia, akhirnya tulisan itu
hanya memenuhi folder laptop saya dan sebagian hilang bersama rusaknya hard
disk laptop saya.
Alhamdulillah, dipetengahan
tahun 2013 silam Allah membukakan jalan untuk saya. Lewat sebuah pelatihan blog
yang diisi oleh ustadz Muclisin, owner blog bersamadakwa.com akhirnya tulisan
saya muncul dimedia. Dibaca banyak orang. Meskipun awalnya saya ragu, karena
yang saya setorkan kala itu hanya sebuah catatan perjalan. Namun berkat tips
dari ustadz Muchlisin, tulisan itu kemudian saya edit dan dimuat di bersama
dakwah.
Hingga kini, saya masih
terus menulis. Meski kadang dalam satu bulan saya hanya bisa menyetorkan satu
artikel lepas. Itupun kadang dimuat, kadang tidak. Dan sejak saat bertekad saya
akan terus menulis. Apapun profesi dan kesibukan saya, saya ingin melanjutkan
cita-cita saya menjadi seorang penulis.
Dari pengalaman saya itu,
ada satu hal yang saya selalu saya ingat! Dalam menulis kita harus berani
mencoba. Entah itu mengirim kemedia, ikut event kepenulisan atau sekedar meminta
teman untuk dibaca. Karena dari situ kita akan tahu letak kekurangan dan
kelebihan tulisan kita.
Alhamdulillah, karena
kenekatan saya, beberapa pekan lalu saya dihubungi oleh redaksi majalah pondok
alumni saya dulu. Tulisan saya dimuat dalam buku “indahnya hidup di
pesantren”
dengan beberapa alumni lain. semoga kedepannya bukan hanya di bersama dakwah,
akan tetapi akan ada artikel atau tulisan-tulisan saya lainnya yang nongkrong
disetiap kolom media lainnya. Hingga bertebaranlah dakwah saya ini. Karena
cita-cita saya adalah menjadi seorang da’iyyah yang berdakwah lewat
goresan tintanya.
Di Kutip dari :
www.pesantrenpenulis.com
[]
Oleh: Sri Hidayati Nur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar