Kini,
dunia tulis-menulis menjadi lebih gegap gempita setelah dimasuki oleh
anak-anak. Publik pun mengapresiasi kehadirannya. Pemerintah, penerbit dan
media massa sudah banyak menerbitkan karyanya dan memberikan penghargaan atas
prestasinya. “Penulis Cilik” menjadi salah satu sebutan yang lumayan
membanggakan dan mulai impikan anak.
Lalu, bagaimana agar anak-anak bisa gemar menulis?
Suatu ketika saya dan istri menerawang jauh ke masa depan
anak-anak. Ketika itu kami sedang memikirkan profesi apa yang cocok bagi si
kembar cewek (Qonita dan Salma). Profesi yang baik bagi kehidupan dan
agamanya. Waktu itu kami belum kenal penulis cilik. Generasi awal penulis cilik
seperti Sri Izzati dan Faiz mungkin sudah ada, tetapi tidak setenar sekarang.
Lalu, saya dan istri mengaca pada diri sendiri. Kami
sama-sama lulusan perguruan tinggi, namun tidak bisa berbuat apa-apa untuk
mandiri. Kami tidak memiliki keterampilan dan pengalaman. Beberapa kali
berwiraswasta tidak menemui keberhasilan. Beberapa macam perkerjaan telah saya
jalani, dan umumnya hanya betah tiga tahun. Sedikit banyak akhirnya saya
memiliki pengetahuan mengenai lingkungan hidup, perikanan, akuntasi, agama
(pesantren), perdagangan dan penulisan-penerbitan. Sepanjang itulah saya mulai
mencoba-coba menulis. Satu-dua tulisan artikel dan buku berhasil diterbitkan.
Maka, muncullah ide untuk membekali si kembar dengan
keterampilan menulis. Ya, menulis. Menurut saya, menulis dapat menjadi sebuah
mainan, sarana belajar, dan sekaligus sarana untuk meniti kariernya. Betapa
tidak?
1. Menulis adalah sebuah mainan
Sejak kelas 2 SD (2004) si kembar mulai bermain dengan
peralatan menulis (pensil, buku, kertas, dll). Mereka juga menulis cerita di
salinan dokumen AMDAL untuk memanfaatkan halaman yang kosong. Menjelang kelas 3
mereka mulai menggunakan komputer. Pikir saya, bila rusak ya itulah mainannya
rusak, tak mengapa. Si kembar rupanya semakin senang menulis.
Mereka bermain (baca: berlatih) menyusun kata, kalimat dan
paragraf. Agar tidak terganggu, saya sengaja tidak memperkenalkan game. Sedangkan
facebook, multiply ataupun internert juga belum kenal. Mereka asyik dengan
permainan tulis-menulis. Mereka mendapatkan kebahagiaan tatkala dapat
menyelesaikan tulisan-tulisannya.
Bahkan, kegembiraan-kegembiraan yang dirasakan oleh penulis
dewasa, juga dirasakan oleh mereka. Seperti perasaan lega setelah berhasil
menumpahkan semua beban dan unek-uneknya ke dalam tulisan. Serta, perasaan
berharga bila dirinya mampu menghasilkan tulisan yang bermanfaat bagi umat
manusia atau teman-teman sebaya.
2. Menulis adalah sarana belajar
Bukan hanya bagi penulis cilik, menulis juga berguna sebagai
sarana belajar bagi penulis dewasa. Penulis belajar untuk menyelami dirinya
sendiri dan mengembangkan kepribadiannya, meluaskan wawasannya, melembutkan
hatinya, serta bisa belajar dari semua hikmah yang terpancar dari proses
baca-tulis dan hasil tulisannya.
3. Menulis adalah sarana untuk meniti karier
Setidak-tidaknya ada dua keuntungan bagi karier anak yang
gemar menulis, yaitu:
a) Sebagai penunjang profesinya
Tidak semua penulis cilik secara otomatis ingin mendalami
dunia kepenulisan. Mantan penulis cilik, Sri Izzati kini kuliah di psikologi
UI. Mantan penulis remaja, Hilmy kini kuliah di TI Telkom University, setelah
menolak tawaran saya untuk kuliah di Jurnalistik atau Sastra.
Namun yang jelas, kemampuan menulis anak akan menunjang
statusnya baik sebagai mahasiswa atau kelak bagi profesinya. Sebab, tak ada
satu bidang pun yang tidak memerlukan peran kepenulisan. Bahkan, kepakaran
seseorang lebih (tampak) terukur ketika dia mampu menuliskan bidang
kemampuannya dalam sebuah buku.
b) Sebagai penunjang profesinya
Kini, sudah tidak sepantasnya meragukan profesi penulis.
Sudah banyak orang memilih jalan menulis sebagai profesi. Kita patut ragu
apabila kita menjalaninya tidak serius. Kata pepatah Man jadda wa jadda
(siapa yang serius, dia yang jadi). Karena, memang tidak ada jaminan –gaji,
apalagi uang pensiunan—ketika kita bertekad memilih menulis sebagai profesi.
Dengan demikian, tidak perlu diragukan lagi
kelebihan-kelebihan anak yang gemar menulis. Apakah anak kita akan berprofesi
sebagi penulis atau tidak, yang jelas dunia tulis-menulis bisa dijadikan
sebagai dunia bermain, sarana belajar dan penunjang karier apabila mereka suka,
dan tanpa paksaan. Ini sebuah ikhtiar saya. Semoga bermanfaat. Salam.
Di Kutip dari :
www.pesantrenpenulis.com
[] Oleh: Hanjaeli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar