Sejarah Singkat
Universitas
Pada 1 Juni 2007 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta merayakan "golden anniversary". Selama setengah abad, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta telah menjalankan mandatnya sebagai institusi
pembelajaran dan transmisi ilmu pengetahuan, institusi riset yang mendukung
proses pembangunan bangsa, dan sebagai institusi pengabdian masyarakat yang
menyumbangkan program-program peningkatan kesejahteraan sosial. Selama
setengah abad itu pula, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah melewati
beberapa periode sejarah sehingga sekarang ini telah menjadi salah satu
universitas Islam terkemuka di Indonesia. Secara singkat sejarah UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dapat dibagi ke dalam beberapa periode, yaitu periode
perintisan, periode fakultas IAIN al-Jami’ah, periode IAIN Syarif Hidayatullah,
dan periode UIN Syarif Hidayatullah.
Periode Perintisan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor
031 tahun 2002. Sejarah pendirian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
mata rantai sejarah perkembangan perguruan tinggi Islam Indonesia dalam
menjawab kebutuhan pendidikan tinggi Islam modern yang dimulai jauh sebelum
Indonesia merdeka. Pada zaman penjajahan Belanda, Dr. Satiman Wirjosandjojo,
salah seorang Muslim terpelajar, tercatat pernah berusaha mendirikan
Pesantren Luhur sebagai lembaga pendidikan tinggi Islam. Namun, usaha ini
gagal karena hambatan dari pihak penjajah Belanda.
Lima tahun sebelum proklamasi kemerdekaan,
Persatuan Guru Agama Islam (PGAI) di Padang mendirikan Sekolah Tinggi Islam
(STI). STI hanya berjalan selama dua tahun (1940-1942) karena pendudukan
Jepang. Umat Islam Indonesia tidak pernah berhenti menyuarakan pentingnya
pendidikan tinggi Islam bagi kaum Muslim yang merupakan mayoritas pendudukan
Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang kemudian menjanjikan kepada umat
Islam untuk mendirikan Lembaga Pendidikan Tinggi Agama di Jakarta. Janji
Jepang itu direspon tokoh-tokoh Muslim dengan membentuk yayasan di Muhammad
Hatta sebagai ketua dan Muhammad Natsir sebagai sekretaris.
Pada 8 Juli 1945, bertepatan dengan 27 Rajab
1364, yayasan tersebut mendirikan Sekolah Tinggi Islam (STI). STI
berkedudukan di Jakarta dan dipimpin oleh Abdul Kahar Mudzakkir. Beberapa
tokoh Muslim lain ikut berjasa dalam proses pendirian dan pengembangan STI.
Mereka antara lain Drs. Muhammad Hatta, KH. Kahar Mudzakkir, KH. Wahid
Hasyim, KH. Mas Mansur, KH. Fathurrahman Kafrawi, dan Farid Ma’ruf. Pada
1946, STI dipindahkan ke Yogyakarta mengikuti kepindahan Ibukota Negara dari
Jakarta ke Yogyakarta. Sejalan dengan perkembangan STI yang semakin besar,
pada 22 Maret 1948 nama STI diubah menjadi Universitas Islam Indonesia (UII)
dengan penambahan fakultas-fakulta baru. Sampai dengan 1948, UII memiliki
empat fakultas, yaitu (1) Fakultas Agama, (2) Fakultas Hukum, (3) Fakultas
Ekonomi, dan (4) Fakultas Pendidikan.
Kebutuhan akan tenaga fungsional di Departemen
Agama menjadi latar belakang penting berdirinya perguruan tinggi agama Islam.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Fakultas Agama UII dipisahkan dan
ditransformasikan menjadi Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN)
dan—sesuai dengan namanya—bersastus negeri. Perubahan ini didasarkan kepada
Peraturan Pemerintah (PP) No. 34 tahun 1950. Dalam konsideran disebutkan
bahwa PTAIN bertujuan memberikan pengajaran studi Islam tingkat tinggi dan
menjadi pusat pengembangan serta pendalaman ilmu pengetahuan agama Islam.
Berdasarkan PP tersebut, hari jadi PTAIN ditetapkan pada 26 September 1950.
PTAIN dipimpin KH. Muhammad Adnan dengan data jumlah mahasiswa per 1951
sebanyak 67 orang. Pada periode tersebut PTAIN memiliki tiga jurusan, yaitu
Jurusan Tarbiyah, Jurusan Qadla (Syari’ah) dan Jurusan Dakwah.
Komposisi mata kuliah pada waktu itu terdiri
dari bahasa Arab, Pengantar Ilmu Agama, Fiqh dan Ushul Fiqh, Tafsir, Hadits,
Ilmu Kalam, Filsafat, Mantiq, Akhlaq, Tasawuf, Perbandingan Agama, Dakwah,
Tarikh Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Ilmu Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu
Jiwa, Pengantar Hukum, Asas-asas Hukum Publik dan Privat, Etnologi,
Sosiologi, dan Ekonomi. Mahasiswa yang lulus bakaloreat dan doktoral
masing-masing mendapatkan gelar Bachelor of Art (BA) dan Doctorandus (Drs).
Komposisi mata kuliah PTAIN tersebut merupakan kajian utama perguruan tinggi
Islam yang terus berlanjut sampai masa-masa yang lebih belakangan. Gelar
akademik yang ditawarkan juga terus bertahan sampai dengan dekade 1980-an.
Periode ADIA
(1957-1960)
Kebutuhan tenaga fungsional bidang guru agama
Islam yang sesuai dengan tuntutan modernitas pada dekade 1950-an mendorong
Departemen Agama mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta. ADIA
didirikan pada 1 Juni 1957 dengan tujuan mendidik dan mempersiapkan pegawai
negeri guna mendapatkan ijazah pendidikan akademi dan semi akademi sehingga
menjadi guru agama, baik untuk sekolah umum, sekolah kejuruan, maupun sekolah
agama. Dengan pertimbangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
kelanjutan dari ADIA, hari jadi ADIA 1 Juni 1957 ditetapkan sebagai hari jadi
atau Dies Natalis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sama seperti perguruan
tinggi pada umumnya, masa studi di ADIA adalah 5 tahun yang terdiri dari
tingkat semi akademi 3 tahun dan tingkat akademi 2 tahun.
ADIA memiliki tiga jurusan, yaitu Jurusan
Pendidikan Agama, Jurusan Bahasa Arab, dan Jurusan Da’wah wal Irsyad yang juga
dikenal dengan Jurusan Khusus Imam Tentara. Komposisi kurikulum ADIA tidak
jauh berbeda dengan kurikulum PTAIN dengan beberapa tambahan mata kuliah
untuk kepentingan tenaga fungsional. Komposisi lengkapnya adalah Bahasa
Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, Bahasa Ibrani, Ilmu
Keguruan, Ilmu Kebudayaan Umum dan Indonesia, Sejarah Kebudayaan Islam,
Tafsir, Hadits, Musthalah Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tarikh Tasyri’ Islam,
Ilmu Kalam/Mantiq, Ilmu Akhlaq/Tasawuf, Ilmu Fisafat, Ilmu Perbandingan
Agama, dan Ilmu Pendidikan Masyarakat. Kepemimpinan ADIA dipercayakan kepada
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus sebagai dekan dan Prof. H. Bustami A. Gani sebagai
Wakil Dekan.
Terdapat dua ciri utama ADIA. Pertama, sesuai
dengan mandatnya sebagai akademi dinas, mahasiswa yang mengikuti kuliah di
ADIA terbatas pada mahasiswa tugas belajar. Mereka diselekasi dari pegawai
atau guru agama di lingkungan Departemen Agama yang berasal dari wakil-wakil
daerah di seluruh Indonesia. Kedua, sesuai dengan mandatnya untuk mempersiapkan
guru agama modern, tanggung jawab pengelolaan dan penyediaan anggaran ADIA
berasal dari Jawatan Pendidikan Agama (Japenda) Departemen Agama yang pada
waktu itu memiliki tugas mengelola madrasah dan mempersiapkan guru agama
Islam modern di sekolah umum.
Periode Fakultas
IAIN al-Jami’ah Yogyakarta (1960-1963)
Dalam satu dekade, PTAIN memperlihatkan
perkembangan menggembirakan. Jumlah mahasiswa PTAIN semakin banyak dengan
area of studies yang semakin luas. Mahasiswa PTAIN tidak hanya datang dari berbagai
wilayah Indonesia, tetapi juga datang dari negara tetangga seperti Malaysia.
Meningkatnya jumlah mahasiswa dan meluasnya area of studies menuntut
perluasan dan penambahan, baik dari segi kapasitas kelembagaan, fakultas dan
jurusan maupun komposisi mata kuliah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ADIA
di Jakarta dan PTAIN di Yogyakarta diintegrasikan menjadi satu lembaga
pendidikan tinggi agama Islam negeri. Integrasi terlaksana dengan keluarnya
Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 11 Tahun 1960 tertanggal 24 Agustus
1960 bertepatan dengan 2 Rabi’ul Awal 1380 Hijriyah. Peraturan Presiden RI
tersebut sekaligus mengubah dan menetapkan perubahan nama dari PTAIN menjadi
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) al-Jami’ah al-Islamiyah al-Hukumiyah. IAIN
diresmikan Menteri Agama di Gedung Kepatihan Yogyakarta.
IAIN With Wider
Mandate
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai salah
satu IAIN tertua di Indonesia yang bertempat di Ibukota Jakarta, menempati
posisi yang unik dan strategis. Ia tidak hanya menjadi "Jendela Islam di
Indonesia", tetapi juga sebaga simbol bagi kemajuan pembangunan
nasional, khususnya di bidang pembangunan sosial-keagamaan. Sebagai upaya
untuk mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama, lembaga ini mulai
mengembangkan diri dengan konsep IAIN dengan mandat yang lebih luas (IAIN
with Wider Mandate) menuju terbentuknya Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Langkah konversi ini mulai diintensifkan pada masa
kepemimpinan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA dengan dibukanya jurusan Psikologi
dan Pendidikan Matematika pada Fakultas Tarbiyah, serta Jurusan Ekonomi dan
Perbankan Islam pada Fakultas Syari’ah pada tahun akademik 1998/1999. Untuk
lebih memantapkan langkah konversi ini, pada 2000 dibuka Program Studi
Agribisnis dan Teknik Informatika bekerjasama dengan Institut Pertanian Bogor
(IPB) serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Program Studi
Manajemen dan Akuntansi. Pada 2001 diresmikan Fakultas Psikologi dan Dirasat
Islamiyah bekerjasama dengan Al-Azhar, Mesir. Selain itu dilakukan pula upaya
kerjasama dengan Islamic Development Bank (IDB) sebagai penyandang dana
pembangunan kampus yang modern; McGill University melalui Canadian
Internasional Development Agencis (CIDA); Leiden University (INIS);
Universitas Al-Azhar (Kairo); King Saud University (Riyadh); Universitas
Indonesia; Institut Pertanian Bogor (IPB); Ohio University; Lembaga Indonesia
Amerika (LIA); Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Bank BNI;
Bank Mu’amalat Indonesia (BMI); dan universitas-universitas serta
lembaga-lembaga lainnya.
Langkah perubahan bentuk IAIN menjadi UIN
mendapat rekomendasi pemerintah dengan ditandatanganinya Surat Keputusan
Bersama (SKB) antara Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 4/U/KB/2001 dan
Menteri Agama RI Nomor 500/2001 tanggal 21 Nopember 2001. Selanjutnya melalui
suratnya Nomor 088796/MPN/2001 tanggal 22 Nopember 2001, Direktur Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional memberikan rekomendasi
dibukanya 12 program studi yang meliputi program studi ilmu sosial dan
eksakta, yaitu Teknik Informatika, Sistem Informasi, Akuntansi, Manajemen,
Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Psikologi, Bahasa dan Sastra Inggris,
Ilmu Perpustakaan, Matematika, Kimia, Fisika dan Biologi. Seiring dengan itu,
rancangan Keputusan Presiden tentang Perubahan Bentuk IAIN menjadi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta juga telah mendapat rekomendasi dan pertimbangan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara RI dan Dirjen Anggaran Departemen Keuangan RI
Nomor 02/M-PAN/1/2002 tanggal 9 Januari 2002 dan Nomor S-490/MK-2/2002
tanggal 14 Februari 2002. Rekomendasi ini merupakan dasar bagi keluarnya
Keputusan Presiden Nomor 031 tanggal 20 Mei Tahun 2002 tentang Perubahan IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Periode UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (Mulai 20 Mei 2002)
Dengan keluarnya Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 031 tanggal 20 Mei 2002 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
resmi berubah menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peresmiannya dilakukan
oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, Hamzah Haz, pada 8 Juni 2002
bersamaan dengan upacara Dies Natalis ke-45 dan Lustrum ke-9 serta
pemancangan tiang pertama pembangunan Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
melalui dana Islamic Development Bank (IDB). Satu langkah lagi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menambah fakultas yaitu Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan (Program Studi Kesehatan Masyarakat) sesuai surat keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 1338/ D/T/2004 Tahun 2004 tanggal 12 April 2004 tentang
ijin Penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat (S1) pada Universitas
Islam Negeri dan Keputusan Direktur Jenderal Kelembagaan Agama Islam tentang
izin penyelenggaraan Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Sarjana (S1)
pada Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor
Dj.II/37/2004 tanggal 19 Mei 2004.
Sebagai bentuk reintegrasi ilmu, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta sejak tahun akademik 2002/2003 menetapkan nama-nama
fakultas sebagai berikut:
1. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
2. Fakultas Adab dan Humaniora 3. Fakultas Ushuluddin 4. Fakultas Syari’ah dan Hukum 5. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi 6. Fakultas Dirasat Islamiyah 7. Fakultas Psikologi 8. Fakultas Ekonomi dan Bisnis 9. Fakultas Sains dan Teknologi 10. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 11. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 12. Sekolah Pascasarjana
Hingga tahun 2008 wisuda ke-85 UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta telah menghasilkan alumni lebih dari 50.000 orang, baik
lulusan Sarjana Strata Satu (S1) maupun Sarjana Magister (S2) dan
Sarjana Doktor (S3). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terus berupaya
menyiapkan peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
atau menciptakan ilmu pengetahuan keagamaan dan ilmu ilmu terkait lainnya
dalam arti yang seluas-luasnya.[]
di kutip dari :
http://www.uijkt.ac.id |
Minggu, 28 September 2014
TENTANG UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar