Epistimologi
Diantara persoalan yang menjadi perhatian para filsuf adalah pengetahuan. Persoalan tentang pengetahuan itulah yang menghasilkan cabang filsafat yaitu Epistemologi (filsafat pengetahuan).
Selain itu, epistemologi merupakan salah satu cabang filsafat yang mengkaji secara mendalam tentang asal mula pengetahuan, struktur, metode, dan validitas pengetahuan.[1]
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani Episteme yang berarti pengetahuan atau ilmu pengetahuan dan logos yang berarti pengetahuan atau informasi. Jadi, epistemologi dikatakan sebagai pengetahuan tentang pengetahuan atau teori pengetahuan.[1]
Epistemologi juga disebut teori pengetahuan, yang secara umum membicarakan mengenai sumber-sumber, karakteristik, dan kebenaran pengetahuan.[2]
Epistemologi membicarakan tentang sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.[3]
B. Epistemologi menurut Barat
Terkait masalah epistemologi, Barat menganggap kebenaran itu hanya berpusat pada manusia sebagai makhluk mandiri yang menentukan kebenaran.[4]
Oleh karena itu, Ilmuwan Barat mengenal beberapa aliran yang terkait dengan Epistemologi, yaitu:
Empirisme[5]
Aliran ini menyatakan bahwa manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman inderawi. Sebagai contoh manusia mengetahui bahwa Es itu dingin karena dia memiliki pengalaman menyentuh Es tersebut.
Berarti, bagaimana pun kompleksnya pengetahuan manusia, hal itu selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sehingga sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah pengetahuan yang benar.
Teori memiliki banyak kelemahan diantaranya:
a. Indera Terbatas
Keterbatasan indera ini dapat melaporkan suatu objek tidak sebagaimana adanya. Maka dari sini akan terbentuk pengetahuan yang salah.
b. Indera Menipu
Ketika seseorang sakit, gula yang manis akan tersa pahit, udara yang panas akan terasa dingin. Jika hal ini dijadikan sebagai landasan pengetahuan atau teori maka akan menimbulkan pengetahuan yang salah pula.
c. Objek yang Menipu
Ketika seseorang melihat fatamorgana, objek tersebut ditangkap indera sebagai air, namun pada kenyataannya bukanlah air. Itu artinya objek tersebut membohongi indera.
Indera dan Objek
Karena apa yang ditangkap oleh indera tidak dapat menjelaskan secara sempurna atau menyeeluruh bentuk objek tersebut.
2. Rasionalisme[6]
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur berdasarkan akal semata. Manusia, memperoleh pengetahuan melalui kegiatan akal menangkap objek.
Namun, rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan; pengalaman indera diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang dapat menyebabkan akal dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran adalah semata-mata dengan akal.
3. Positivisme[7]
Aliran ini menilai kebenaran itu diperoleh dengan akal, didukung oleh bukti empiris yang terukur. Terukur itulah yang menjadi sumbangan dari pemikiran positivisme. Namun, pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.
4. Intuisionisme[8]
Menurut aliran ini tidak hanya indera yang terbatas namun akal juga terbatas. Begitu juga objek yang kita tangkap selalu berubah-ubah. Dengan demikian pengetahuan kita terhadap suatu objek tidak pernah tetap.
Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal, maka perlu dikembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia yaitu intuisi.
C. Epistemologi Menurut Islam
Sumber pengetahuan (epistemologi) dalam Islam adalah Al-Qur’an, karena kebenaran Al-Qur’an itu mutlak tidak dapat diragukan lagi.[9]
Selain itu, Islam juga menjadikan sistem ijtihad sebagai dasar-dasar epistemologi dalam filsafat Islam. sehingga dalam perkembangannya menimbulkan berbagai macam aliran pemikiran dalam dunia Islam.[10]
Jadi, epistemologi dalam Islam merupakan usaha manusia untuk menelaah masalah-masalah objektivitas, metodologi, sumber serta validitas pengetahuan secara mendalam dengan menggunakan subjek Islam sebagai titik tolak berfikir.[11]
D. Komparasi Barat dengan Islam[12]
Untuk menyimpulkan komparasi antara epistemologi Islam dan Barat, ada hal utama yang menjadi acuan pembahasan, diantaranya sebagai berikut:
Orientasi
Barat: Menjadikan materi sebagai tujuan utama di atas segalanya. Sehingga dalam peradabannya hanya terbatas pada persoalan dunia.
Islam: Orientasinya adalah Tauhidullah, dengan menjadikan materi dalam Islam sebagai salah satu dampak atau hasil yang diperoleh dari kebenaran dalam mengajak manusia kepada jalan Allah.
2. Alat
Barat: Dalam mewujudkan cita-citanya, Barat cenderung melegalkan segala macam cara tanpa ada rambu – rambu atau aturan hidup yang jelas.
Islam: Dalam mewujudkan cita – citanya memiliki rambu – rambu kehidupan yang jelas dan fokus terhadap kehidupan setiap manusia. Rambu – rambu tersebut adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits.
I. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Epistemologi itu bersangkutan dengan masalah- masalah yang meliputi:[13]
Filsafat
Sebagai cabang filsafat, epistemologi berusaha mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.
Metode
Sebagai sebuah metode, Epistemologi bertujuan mengantarkan manusia untuk memperoleh pengetahuan.
Sistem
Sebagai suatu sistem, Epistemologi bertujuan memperoleh realitas kebenaran pengetahuan itu sendiri.
Demikian pembahasan singkat mengenai Epistemologi. Kami sebagai penyusun makalah ini berharap makalah yang singkat ini dapat memberikan manfaat bagi kami dan pembaca sekalian.
Kami juga menerima kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
Wallahu A’lam
II. REFERENSI
- Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta: Rineka Cipta, Cet III, 2008.
- Bagus, Lorens, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia, Cet IV,
- Achmadi, Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. X, 2010.
- Tafsir, Ahmad, Fisafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Chapra, Bandung: Pustaka Rosda, Cet. XIX, 2012.
- Muhammad Amien, Miska, Epistemologi Islam; Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, Jakarta: UI Press, Cet. I, 1983.
- Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, Cet V, 2009.
- Komparasi Epistemologi Islam dengan Barat, Website: http://ayoberfikir.multiply.com, Mei 2012.
[1] Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta, Gramedia, Cet IV, hal : 212.
[2] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. X, Hal. 15
[3] Ahmad Tafsir, Fisafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Chapra, Bandung: Pustaka Rosda, Cet. XIX, Hal. 23
[4] Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam; Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, Jakarta: UI Press, Cet. I, Hal. 12
[5] Ahmad Tafsir, Fisafat Umum, Akal dan Hati Sejak Thales sampai Chapra, Bandung: Pustaka Rosda, Cet. XIX, Hal. 24
[6] Ibid, Hal. 25
[7] Ibid, Hal. 26
[8] Ibid, Hal. 26-27
[9] Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam; Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, Jakarta: UI Press, Cet. I, Hal. 10
[10]Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara, Cet V, Hal : 110
[11] Miska Muhammad Amien, Epistemologi Islam; Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, Jakarta: UI Press, Cet. I, Hal. 10
[12] Komparasi Epistemologi Islam dengan Barat, Website: http://ayoberfikir.multiply.com, Mei 2012
[13] Miska Muhammad Amin, Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, Jakarta, UI Pres, Cet I, Hal 3.
[1] Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, Jakarta, Rineka Cipta, Cet III, hal 3-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar