Senin, 25 Mei 2015
Minggu, 24 Mei 2015
MEMAKNAI MUSIBAH - Shaifurrokhman Mahfudz
Memaknai Musibah
Suatu ketika, Abdullah bin
Mas’ud Ra berjalan, tiba-tiba terputus tali sandalnya. Dengan spontan beliau
berkata, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Dikatakan kepada beliau,
“Hanya karena seperti ini engkau mengucapkan kalimat itu?” Beliau menjawab,
“Ini musibah.”
Lepasnya tali sandal
memang bukan persoalan besar yang layak disebut musibah. Tetapi Ibnu Mas’ud,
menunjukkan kepada kita bahwa sekecil apapun peristiwa hidup yang dialami,
jangan menganggap tidak ada keterlibatan Allah di dalamnya. Musibah bisa terjadi
kepada siapa saja, termasuk menimpa orang-orang yang saleh dan mulia.
Hidup ini, hakikatnya
keniscayaan adanya cobaan dan musibah. “Sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa oleh musibah, mereka mengucapkan,
‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un’.” (Qs. al-Baqarah: 155-156).
‘Abd bin Humaid dan Ibnu
Jarir meriwayatkan dari ‘Athabahwa orang-orang yang dimaksud dalam ayat tersebut
adalah para sahabat Nabi Muhammad Saw. Ayat ini mengajarkan kita bahwa
kesempurnaan nikmat dan kemuliaan derajat seseorang di sisi Allah tidak menjadi
penghalang turunnya musibah dunia kepadanya. Kita sering melihat, seseorang
yang tekun menjalankan ibadah dan tekun berikhtiar, hidupnya seringkali didera
musibah. Padahal di sisi lain, orang yang bergelimang dosa dan maksiat justru
nampak lebih makmur, sejahtera, dan jarang mendapat musibah. Ketika tertimpa
musibah, sebagian kita merasa sangat terbebani, marah dan tidak sabar. Lalu,
kita pun protes, dan menggugat Allah; “Tuhan tidak adil kepada kita”.
Kemampuan akal dan pemahaman
kita cenderung memahami keumuman sebab dan akibat. Itulah kelemahan sisi
manusiawi kita. Akan tetapi, sebenarnya, Allah
menanamkan kepada kita akal yang mampu memikirkan apa yang tersembunyi
dari musibah itu sehingga ia mampu memetik hikmah yang samar dan sebab yang
tersembunyi. Semakin banyak merenungkan hikmah ilahiah, ia akan mampu memahami
perkara yang tidak mampu dipahami oleh yang lainnya tentang agungnya kelembutan
Allah.
Sebenarnya, ujian dan
musibah yang diberikan Allah itu “sedikit”. Kadarnya sedikit jika
dibandingkan dengan potensi yang telah Allah anugerahkan kepada kita sebagai
manusia. Ujian Allah itu sedikit, sehingga setiap yang diuji akan mampu
memikulnya jika ia menggunakan potensi-potensi yang dianugerahkan Allah
kepadanya. Hal ini tidak ubahnya seperti imtihan (ujian) yang dilakukan
anak-anak didik kita. Soal-soal ujian disesuaikan dengan tingkat pendidikan
masing-masing. Semakin tinggi kelas dan jenjang pendidikan, semakin berat soal
ujian. Maka, setiap yang diuji akan lulus jika ia mempersiapkan diri dengan baik serta
mengikuti tuntunan yang diajarkan.
Apa yang telah Allah
ajarkan kepada kita? Ternyata Allah sudah mengajarkan kita shalat dan sabar. Kedua
hal inilah yang harus diamalkan sebelum dan saat datangnya ujian Allah. Karena
itu, Hudzaifah Ibn al-Yaman mengatakan “apabila Rasulullah Saw dihadapkan pada
satu kesulitan dan ujian, beliau melaksanakan shalat”. Allah juga telah berpesan;
“sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
Bagi orang yang sabar, musibah
yang diterimanya memiliki dampak yang lebih besar daripada orang yang marah dan
berkeluh kesah, meskipun musibahnya sama. Pada sebagian manusia, musibah
menjadi rahmat baginya sehingga iadapat “kembali” kepada Allah. Namun, tidak
sedikit diantara manusia yang gagal dalam menyikapi musibah. Musibah itu ada
yang tampak dan ada yang tersembunyi. Demikian pula dari sisi jenis dan
kadarnya. Sebagian manusia diuji dengan musibah yang tidak tampak, namun sejatinya
lebih besar jika dibandingkan dengan musibah yang tampak pada orang lain. Allah
mengkhususkan dengan musibah yang demikian, karena hal itu lebih sesuai untuk
menjadi penghapus dosanya.
Manusia harus terus berjuang,
karena hidup adalah pergulatan antara kebenaran dan kebatilan, persaingan
antara kebaikan dan keburukan. Tentu saja dalam pergulatan dan pertarungan itu pasti
ada korban; pihak yang benar atau yang salah.Korban itu bisa harta, jiwa,
kedudukan dan lain-lain. Tetapi korban itu hakikatnya sedikit, bahkan itulah
yang menjadi bahan bakar memperlancar jalannya kehidupan serta mempercepat
pencapaian tujuan.
Maka, apapun ujiannya, itu
baik. Yang buruk adalah kegagalan menghadapinya. Takut menghadapi ujian adalah
pintu gerbang kegagalan, demikian juga ujian-ujian Ilahi. Muslim yang baik akan
merespons setiap sesuatu yang ditakuti dengan membentengi diri dari
gangguannya. Biarkan dia datang kapan saja, tetapi ketika itu kita telah siap
menjawab dan menghadapinya. Orang yang siap menghadapi ujian inilah yang layak
mendapat keberkahan. Keberkahan itu sempurna, banyak dan beraneka ragam. Ia
bisa berupa limpahan pengampunan, pujian, dan ketenteraman hati. Semua
keberkahan itu bersumber dari Tuhan Yang Memelihara dan Mendidik.Keberkahan itu
dilimpahkan sesuai dengan pendidikan dan pemeliharaan-Nya kepada kita.
*) Sekjen Andalusia Islamic Center
Selasa, 19 Mei 2015
PENGERTIAN MAJAS
PENGERTIAN
MAJAS
Majas
atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu
untuk memperoleh efek-efek tertentu yg membuat cerita itu semakin hidup,
keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam
menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis [1].
Daftar
isi
1
Jenis-jenis Majas
1.1
Majas perbandingan
1.2
Majas sindiran
1.3
Majas penegasan
1.4
Majas pertentangan
2
Referensi
3
Catatan kaki
Jenis-jenis
Majas
Majas
perbandingan
!Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan
Alegori:
Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh:
Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing,
yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala
sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
Alusio:
Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Contoh:
Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
Simile:
Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan
dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama",
"ibarat","bak", bagai".
Contoh:
Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta
berkorban apa saja.
Metafora:
Gaya Bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain karena mempunyai
sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh:
Cuaca mendung karena sang raja siang enggan menampakkan diri.
Antropomorfisme:
Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia
untuk hal yang bukan manusia.
Sinestesia:
Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat
ungkapan rasa indra lainnya.
Contoh:
Dengan telaten, Ibu mengendus setiap mangga dalam keranjang dan memilih yang
berbau manis. (Bau: indera penciuman, Manis: indera pengecapan)
Antonomasia:
Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
Aptronim:
Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Metonimia:
Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri
khas, atau atribut.
Contoh:
Karena sering menghisap jarum, dia terserang penyakit paru-paru.(Rokok merek
Djarum)
Hipokorisme:
Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan
karib.
Contoh:
Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian
terkesima.
Litotes:
Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
Contoh:
Terimalah kado yang tidak berharga ini sebagai tanda terima kasihku.
Hiperbola:
Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut
menjadi tidak masuk akal.
Contoh:
Gedung-gedung perkantoran di kota-kota besar telah mencapai langit.
Personifikasi:
Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu
yang bukan manusia.
Contoh:
Hembusan angin di tepi pantai membelai rambutku.
Depersonifikasi:
Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
Pars
pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh:Sejak
kemarin dia tidak kelihatan batang hidungnya.
Totum
pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
Contoh:
Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
Eufimisme:
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata
lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh:
Dimana saya bisa menemukan kamar kecilnya?
Disfemisme:
Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh:
Apa kabar, Roni? (Padahal, ia sedang bicara kepada bapaknya sendiri)
Fabel:
Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur
kata.
Contoh:
Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di
depannya.
Parabel:
Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
Perifrasa:
Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Eponim:
Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Contoh:
Kita bermain ke Ina. (Dalam hal ini, 'Ina' menjadi perwakilan dari lokasi
'rumah milik Ina'.)
Simbolik:
Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan
maksud.
Asosiasi:
perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Contoh:
Masalahnya rumit, susah mencari jalan keluarnya seperti benang kusut.
Majas
sindiran
!Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran
Ironi:
Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan
dari fakta tersebut.
Contoh:
Suaramu merdu seperti kaset kusut.
Sarkasme:
Sindiran langsung dan kasar.
Contoh
: Kamu tidak dapat mengerjakan soal yang semudah ini? Dasar otak udang isi
kepalamu!
Sinisme:
Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada
manusia (lebih kasar dari ironi).
Contoh:
Kamu kan sudah pintar ? Mengapa harus bertanya kepadaku ?
Satire:
Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau
menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
Innuendo:
Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas
penegasan
!Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan
Apofasis:
Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
Pleonasme:
Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan
keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
Contoh:
Saya naik tangga ke atas.
Repetisi:
Perulangan kata, frasa, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
Contoh
: Dia pasti akan datang, dan aku yakin, dia pasti akan datang ke sini.
Pararima:
Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
Aliterasi:
Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
Contoh:
Dengar daku. Dadaku disapu.
Paralelisme:
Pengungkapan dengan menggunakan kata, frasa, atau klausa yang sejajar.
Tautologi:
Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
Sigmatisme:
Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
Contoh:
Kutulis surat ini kala hujan gerimis. (Salah satu kutipan puisi W.S. Rendra)
Antanaklasis:
Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
Klimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang
penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
Contoh:
Baik rakyat kecil, kalangan menengah, maupun kalangan atas berbondong-bondong
menuju ke TPS untuk memenuhi hak suara mereka.
Antiklimaks:
Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih
penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
Inversi:
Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
Contoh:
Dikejar oleh Anna kupu-kupu itu dengan begitu gembira.
Retoris:
Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan
tersebut.
Elipsis:
Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur
tersebut seharusnya ada.
Koreksio:
Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat,
kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
Polisindenton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
Asindeton:
Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
Interupsi:
Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
Eksklamasio:
Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
Enumerasio:
Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
Preterito:
Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
Alonim:
Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
Kolokasi:
Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam
kalimat.
Silepsis:
Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi
dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
Zeugma:
Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk
konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Contoh:
Perlu saya ingatkan, Kakek saya itu peramah dan juga pemarah.
Majas
pertentangan
!Artikel
utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan
Paradoks:
Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya benar.
Oksimoron:
Paradoks dalam satu frasa.
Antitesis:
Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang
lainnya.
Kontradiksi
interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada
bagian sebelumnya.
Anakronisme:
Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan
waktunya.
Referensi
:
Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan. Tera, Yogyakarta.
Catatan
kaki :
^
Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga. 2002.
Kamis, 07 Mei 2015
MAKALAH SUSILA BUDHI DARMA (Aliran Kepercayaan)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dipulau
jawa terdapat banyak kebudayaan mulai dari bahasa jawa yang beragam,
adat-istiadat yang berbeda, sampai pada aliran-aliran kepercayaan yang dianut
masyarakat jawa pada tempo dulu hingga sekarang yang masih dianut oleh
masyarakat modern saat ini. Pada daerah-daerah tertentu masih membudidayakan
aliran-aliran tersebut karena dianggap kepercayaan tersebut lebih bisa
menyatukan dengan Tuhan mereka.
Diantara
aliran-aliran kepercayaan salah satunya yaitu Subud aliran ini dipercayai
sebagai langkah untuk mendekatkan diri pada Tuhan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud Aliran Kepercayaan Subud?
2.
Siapakah Tokoh Pembawanya?
3.
Bagaimana sistem ajaran-ajaran yang di praktekanya?
C. Tujuan Pembahasan
Mengetahui dan mempelajari aliran
kepercayaan Susila Budi Darma
BAB
II
PEMBAHASAN
ALIRAN SUSILA BUDI DARMA
1.
Tinjauan Sejarah Kelahiran Organisasi
Pendiri
dari Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Subud ialah Bapak R.M. Muhammad Subuh
Sumohadiwidjojo yang pada tanggal 23 Juni 1987 telah wafat di Jakarta dalam
usia 86 tahun. Latihan Kejiwaan Subud diterima oleh Bapak Muhammad Subuh dalam
suatu pengalaman gaib pada suatu malam di tahun 1925, dan delapan tahun
kemudian, pada tahun 1933 Bapak Muhammad Subuh menamakan apa yang diterimanya
ini sebagai LATIHAN KEJIWAAN. Subud sebagai organisasi dibentuk dan resmi
berdiri tanggal 1 Pebruari tahun 1947 di Yogyakarta. [1]
Subud
mulai menyebar ke luar negeri sejak tahun 1954, dibawa oleh seorang lnggris
yang beragama Islam, Husein Rofe, Bapak Muhammad Subuh memulai lawatan ke luar
negerinya di tahun 1957, dan semasa hidupnya beliau telah berpuluh-puluh kali
berkunjung ke berbagai negara di dunia. Subud pada waktu ini telah tersebar ke lebih
dari 70 negara di dunia.
Subud
bukan semacam agama dan juga bukan bersifat peiajaran, tetapi adalah sifat
Latihan Kejiwaan yang dibangkitkan oleh kekuasaan Tuhan ke arah kenyataan
kejiwaan, terlepas daripada pengaruh nafsu kehendak dan akal pikiran. [2]
Arti
kata-kata Susila Budhi Dharma yang disingkat menjadi SUBUD ialah : SUSILA
artinya : budi pekerti manusia yang baik, sejalan dengan kehendak Tuhan Yang
Maha Esa; BUDHI artinya: daya kekuatan diri pribadi yang ada pada diri manusia;
DHARMA artinya : penyerahan, ketawakalan dan keikhlasan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
2. Dasar Pengertian
a.
Konsepsi tentang Ketuhanan Yang Maha Esa
Pemahaman
dan pengertian Subud tentang Ketuhanan Yang Maha Esa adalah bahwa Tuhan dengan
kekuasaanNya mencakup seluruh ciptaan-Nya baik yang terpandang maupun yang
tidak tampak.
b.
Konsepsi tentang Manusia
Manusia
adalah makhluk Tuhan yang keberadaannya dikehendaki oleh-Nya dan diliputi oleh
kekuasaan-Nya. Kekuasaan Tuhan sudah berada dalam dirinya yang mengisi serta
meliputi diri manusia. Manusia hanya tinggal menyerah saja kepada kekuasaan
Tuhan yang ada pada dirinya ini dengan sabar, tawakal dan ikhlas.
c.
Konsepsi tentang Alam Semesta
Tuhan
Yang Maha Esa menciptakan alam semesta dan kekuasaan Tuhan meliputi seluruh
ciptaan-Nya. Hal ini pun sesuai dengan apa yang telah diterima dan disampaikan
oleh para utusan Tuhan.
d.
Konsepsi tentang Kesempurnaan
Tiada
yang sempurna kecuali Tuhan Yang Maha Kuasa. Semua ciptaan Tuhan baik yang
kelihatan maupun yang tidak, berada dalam berbagai tingkat kesempurnaan diri
yang hanya diketahui oleh Tuhan Yang Maha Mengetahui saja. Manusia tidak perlu
menanyakan tentang tingkat kesempurnaan dirinya karena yang telah diterimanya
adalah yang sesuai dengan keadaan dirinya pada suatu waktu tertentu dalam
hidupnya. Yang perlu bagi manusia adalah menyerah sepenuhnya kepada
kekuasaan-Nya agar ia menjadi orang yang sempurna yang sesuai dengan kodrat
yang ditentukan Tuhan bagi dirinya.[3]
3. Dasar Penghayatan
a.
Perilaku Spiritual
Tata
cara ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa dilakukan oleh para anggota Subud
melalui tata cara agamanya masing-masing. Latihan Kejiwaan Subud bukan
merupakan tata cara penghayatan. Latihan Kejiwaan Subud merupakan suatu
penerimaan yang tidak ada tata caranya kecuali penyerahan diri sepenuhnya
kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang kemudian atas kemurahan Tuhan akan
membangkitkan gerak rasa diri, bebas dari pengaruh nafsu hati dan akal pikiran.
Gerak tersebut merupakan gerak yang dibangkitkan oleh kekuasaan Tuhan dan hanya
tinggal diikuti saja. [4]
b.
Pedoman Penghayatan (Lisan dan Tertulis)
Karena
Latihan Kejiwaan Subud merupakan penerimaan dari masing-masing orang yang
melakukannya, penerimaan setiap orang tidak ada yang sama dan dengan demikian
pedoman tentang Latihan Kejiwaan Subud baik secara lisan maupun tertulis
hanyalah merupakan keterangan-keterangan dalam bentuk ceramah-ceramah Bapak
Muhammad Subuh yang sebagian sudah dicetak berupa tulisan dan sebagian lagi
belum.
c.
Kelengkapan Fisik/Material yang Digunakan dalam Melaksanakan Latihan Kejiwaan
Subud.
Untuk
Latihan Kejiwaan secara bersama diperlukan tempat Latihan yang dapat berupa
kamar, ruang atau gedung Latihan. Ruang tempat Latihan ini dapat dilengkapi
dengan alas tikar atau karpet. Ruang tempat Latihan pria terpisah dengan wanita
atau secara bergantian. Latihan Kejiwaan secara sendiri dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja tanpa memerlukan guru.
4. Dasar Pengalaman
a.
Dasar Pelaksanaan Latihan Kejiwaan Subud
Penyerahan
diri kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan sabar, tawakal dan ikhlas dan
mengikuti gerak diri yang terasa secara spontan begitu rasa diri terbebas dari
pengaruh nafsu dan akal pikiran. Anggota Subud yang telah mampu menghentikan
Latihannya setiap waktu dalam acara Latihan bersama, dapat melakukan Latihan
sendiri di mana saja yang tidak mengganggu atau ter-ganggu oleh orang lain.
b.
Pengamalan dalam Tata Kehidupan, dan Upacara-upacara (ritus) dalam Lingkungan
Kehidupan.
Subud
tidak mempunyai ritual khusus dalam tata kehidupan dan dalam lingkaran
kehidupan bermasyarakat. Upacara-upacara para anggota Subud dalam tata
kehidupan mengikuti ritual agamanya dan adat-istiadat yang dianutnya
masing-masing.
c.
Kelembagaan Organisasi Subud
Keberadaan
PPK Subud Indonesia secara hukum telah dikukuhkan oleh Menteri Kehakiman dalam
Tambahan Berita Negara R.I. tanggal 4-12-1964 No. 97 dan diterbitkan sebagai
Anggaran Dasar Serikat-serikat No. 36 tahun 1964. Anggaran Dasar ini telah
mengalami perubahan untuk disesuaikan dengan UU Nomor 8 tahun 1985 tentang
Organisasi Kemasyarakatan. Perubahan Anggaran Dasar PPK Subud Indonesia secara
hukum telah pula dikukuhkan oleh Menteri Kehakiman dalam tambahan Berita Negara
R.I. tanggal 18 Nopember 1988 No. 93 dan diterbitkan sebagai Anggaran Dasar
Serikat-serikat No. 60 tahun 1988.
Para
anggota Subud dipelbagai negara membentuk organisasi nasionalnya masing-masing.
Organisasi nasional negara-negara ini membentuk Perkumpulan Persaudaraan
Kejiwaan Subud Sedunia yang disebut World Subud Association.
d.
Partisipasi Subud dalam Pembangunan Nasional
Partisipasi
Subud dalam Pembangunan Nasional adalah melalui pembinaan pribadi melalui
Latihan Kejiwaan Subud untuk menghadapi tantangan pembangunan negara dan bangsa
Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Untuk ini, PPK Subud Indonesia mempunyai
program kerja yang mencakup bidang-bidang Usaha, Kesejahteraan, Kegiatan
Sosial, Kebudayaan, Remaja serta Komunikasi dan Publikasi.
5. Lampiran
a.
Pengalaman Pribadi Anggota Subud
Hubungan
antara manusia dengan Tuhan difahami dan disadari oleh masing-masing anggota
secara sangat pribadi. Pengalaman seorang anggota Subud yang diterima dalam
Latihan Kejiwaan Subud dan telah mengubah hidupnya ke arah kebaikan belum tentu
mempunyai arti yang sama untuk anggota Subud lain yang mempunyai latar belakang
kehidupan dan persoalan yang berbeda.
b.
Gambaran Singkat Riwayat Hidup Pendiri
Bapak
R.M. Muhammad Subuh Sumohadiwidjojo, pendiri PPK Susila Budhi Dharma dilahirkan
dari seorang Ibu yang pada masa kecilnya tinggal di Kecamatan Juangi, Telawah,
Surakarta. Beliau keturunan dari Kadilangu, Demak. Pada waktu dewasanya, lbu
dari Bapak Muhammad Subuh pindah ke Kedungjati, Semarang dan menikah di sana.
Bapak
Muhammad Subuh dilahirkan di Kedungjati, Semarang pada hari Sabtu Wage tanggal
3 Maulud tahun Dal 1831 atau tanggal 22 Juni 1901 jam 05.00 pagi. Sejak
lahirnya, Muhammad Subuh diasuh dan dibesarkan oleh eyangnya, R.M. Sumowardoyo.
Pada
tahun 1917, di usia 16 tahun, pada waktu eyang yang membesarkan beliau
meninggal dunia, Bapak Muhammad Subuh berhenti sekolah dan bekerja sebagai
pegawai Perusahaan Kereta Api N.I.S.
Pada
waktu usia mudanya, Bapak Muhammad Subuh sempat memperoleh didikan agama Islam
dari Kyai Abdurachman dan taat menjalankan ibadat agama Islam sebagaimana
lazimnya seorang muslim. Sewaktu beliau sudah pindah dan bekerja di Balaikota
Semarang, pada usia 24 tahun, beliau menerima Latihan Kejiwaan seperti telah
dikemukakan sebelumnya.[5]
c.
Ceramah-ceramah dari Bpk Muhammad Subuh
Dari
sejak beliau menerima Latihan Kejiwaan Subud sampai wafatnya, Bapak Muhammad
Subuh telah menyampaikan kepada para anggota Subud nasihat-nasihat yang berupa
ceramah-ceramah beliau yang didasarkan kepada penerimaan beliau tentang hidup
dan kehidupan ini.
Secara
konsisten dan mendasar Bapak Muhammad Subuh telah menyampaikan bahwa manusia
harus bersikap menyerah diri kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa dengan sabar,
tawakal dan ikhlas jika ia ingin mendapatkan tuntunan Tuhan dalam hidup ini.
Melakukan Latihan Kejiwaan dengan.teratur dan tekun merupakan kunci kefahaman
dan kesadaran seseorang agar dia dapat menemukan arti kehidupan ini bagi
dirinya, baik di dunia maupun di akhirat. [6]
d.
Lain-lain yang Dianggap Perlu dan Relevan dengan Tujuan Pemaparan.
1)
Penerimaan Anggota Baru
Untuk
setiap orang yang ingin menjadi anggota baru dari organisasi SUBUD ini haruslah
memenuhi syarat berikut:
a)
Umur telah mencapai 17 tahun,
b)
Berkondisi mental normal atau tidak sedang menderita sakit ingatan,
c)
Bagi seorang isteri yang suaminya belum anggota harus mendapatkan izin tertulis
dari suaminya,
d)
Para wanita yang belum menikah dan masih menjadi tanggungan orang tuanya
(walinya) harus memperoieh izin tertulis dari orangtua atau walinya itu.
2)
Pembukaan untuk dapat menerima Latihan Kejiwaan Subud
peminat
terlebih dahulu mengalami pembukaan yang diselenggarakan oleh seorang atau
beberapa orang pembantu pelatih. Seorang calon belum dapat dibuka sebelum
menjalani masa pencalonan selama 3 bulan dengan pengecualian bagi mereka yang
umurnya telah mencapai dan melewati 63 tahun, Mereka yang sedang menderita
sakit badaniah yang menghendaki kepastian dan perhatian khusus dan segera,
Seorang isteri yang suaminya telah menjadi anggota dan para putra dan putri
dari keluarga Subud, Bagi yang bertempat tinggal jauh dari kelompok Latihan
Kejiwaan Subud yang ada. [7]
3)
Lambang subud
Bertujuan
identifikasi semata, satu-satunya lambang yang dapat digunakan dalam
Perkumpulan Persaudaraan Kejiwaan Subud adalah sebagai simbol kebaikan untuk
usaha meningkatkan dan sebagai sarana penghayatan tidak diperlukan sama sekali.[8]
Susunan
alam dan daya-daya hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa meliputi dari dimensi yang
paling rendah (terbatas) sampai yang paling luas terdapat susunan sebagai yang
ditunjukkan dalam lambang Subud dimaksud yakni berupa lingkaran-lingkaran
sebagai berikut: Alam dan Daya Hidup/Roh Rewani (Daya Hidup Kebendaan), Alam
dan Daya Hidup/Roh Nabati (Daya Hidup Tumbuh-tumbuhan), Alam dan Daya Hidup/Roh
Hewani (Daya Hidup Binatang), Alam dan Daya Hidup/Roh Jasmani (Daya Hidup
Manusia), Alam dan Daya Hidup/Roh Rohani/Daya Hidup lnsan/Alam Rohaniah, Alam
dan Daya Hidup/Roh Rahmani/Daya Hidup para utusan/Alam Rahmaniah, Alam dan Daya
Hidup/Roh Robani/Daya Hidup para ciptaan Tuhan yang mendapatkan keluhuran dari
Tuhan Yang Maha Esa/Alam Robaniah.[9]
Selain
alam dan segala daya hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa terdapat Daya Hidup
Besar yang merupakan bagian dari manifestasi dari kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa
yaitu yang ditunjukkan sebagai garis-garis tujuh buah yang menembus dan
menghubungkan segala alam dan daya hidup ciptaan tersebut di atas. [10]
Sifat
yang ada di dalamnya adalah Roh Ilofi dan yang ada di luar adalah Roh AI Kudus
(Rohu'lkudus). Oleh kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, Roh Ilofi atau Roh Suci ini
digerakkan untuk membangkitkan dan mensucikan, sedangkan Roh AI Kudus meliputi
dan membina perjalanan hidup makhluk ciptaan yang memperoleh Rakhmat terbimbing
ke arah kehendak Yang Menciptakan
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Latihan
Kejiwaan yang telah diterima oleh Bapak Muhammad Subuh dan telah tersebar ke
lebih dari 70 negara di dunia merupakan bimbingan serta kasih sayang Tuhan Yang
Maha Esa kepada manusia pada waktu ini. Dasar Latihan Kejiwan Subud adalah
sangat sederhana sedangkan manfaatnya untuk kehidupan adalah luar biasa
besarnya.
Mereka
yang memperoleh pengertian karena menekuni Latihan Kejiwaan ini dengan sabar
akan menemukan hal-hal yang di luar dugaannya, di luar akal pikirannya untuk
dimengerti, yang terjadi secara mengherankan jika hal ini hanya dilihat dari sudut
pandang akal pikiran saja.
Kejadian-kejadian
dalam kehidupan sehari-hari terasa terbimbing ke arah kebaikan, ke arah
penyempurnaan kita sebagai manusia seutuhnya, sebagai makhluk Tuhan yang paling
mulia, yang mampu menerima kasih sayang-Nya jika saja kita mau menerimanya.
Kekuasaan Tuhan ada pada diri kita, mengisi dan meliputi seluruh diri serta
tidak terpisahkan. Melalui Latihan Kejiwaan Subud, kekuasaan Tuhan ini dapat
kita rasakan.
2.
Saran
Demikian
makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran
dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami.
Apabila
ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami
adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.
Wabillah
Taufik Walhidayah
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.
DAFTA PUSTAKA
MBA,
Rahnip, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan , Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997
http://subudindonesia.tripod.com/ApaItuSubud.htm
https://wongalus.wordpress.com/2009/08/17/susila-budhi-dharma/
http://arwaniilyas.blogspot.com/2014/06/aliran-pangestu-sapta-darma-subud-dan_11.html
[1]Rahnip, MBA, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997). h. 27-52
[2]
Artikel di akses pada tanggal 07 Mei 2015 pada
http://subudindonesia.tripod.com/ApaItuSubud.htm/
[3] Rahnip, MBA, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan . h. 29
[4] Artikel di akses pada tanggal 07
Mei 2015 pada
http://arwaniilyas.blogspot.com/2014/06/aliran-pangestu-sapta-darma-subud-dan_11.html/
[5] Rahnip, MBA, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan . h. 35
[6]
http://arwaniilyas.blogspot.com/2014/06/aliran-pangestu-sapta-darma-subud-dan_11.html
[7] Artikel di akses pada tanggal 04
Mei 2015 pada http://subudindonesia.tripod.com/ApaItuSubud.htm/
[8] Artikel di akses pada tanggal 05
Mei 2015 pada https://wongalus.wordpress.com/2009/08/17/susila-budhi-dharma/
[9] Rahnip, MBA, Aliran Kepercayaan dan Kebatinan Dalam Sorotan, h. 30
[10] Artikel di akses pada tanggal 07
Mei 2015 pada http://arwaniilyas.blogspot.com/2014/06/aliran-pangestu-sapta-darma-subud-dan_11.html
Langganan:
Postingan (Atom)