Abu Bakar
Al-Razi
- Sejarah hidupnya
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn
Zakariya Ibn Yahya Al-Razi. Di barat dikenal Rhazes. Ia lahir Ray dekat Teheran
pada 1 Sya’ban 251 H (865M). dia hidup pada pemerintahan Dinasti Saman (204-395
H). Pada masa mudanya, ia menjadi tukang intan, penukar uang, dan sebagai
pemusik kecapi. Al-Razi adalah seorang yang ulet dalam bekerja dan belajar,
karenanya tidak heran kalau ia tampak menonjol dibanding rekan-rekan semasanya,
bahkan ia sangat tenar. Di kota Rayy ini dia belajar Kedokteran kepada Al ibn
Rabban Al-Thabari (192-240 H/808-855 M), belajar filsafat kepada Al-Bakhi,
seorang yang senang mengembara, menguasai filsafat, dan ilmu-ilmu kuno. Ia juga
belajar matematika, astronomi, sastra, dan kimia.
Pada masa Mansyur Ibn Ishaq ibn Ahmad Ibn Asad sebagai gubernur
Rayy, Al-Razy diserahin kepercayaan memimpin Rumah Sakit selama 6 tahun
(290-296 H/902-908 M). pada masa ini juga Al-Razi menulis buku Al- Thib
Al-Mansyuri yang dipersembahkan kepada Mansyur ibn Ishaq ibn Ahmad. Dari Rayy
kemudian Al-Razi pergi ke Baghdad. Dan atas permintaan khalifah Al-Muktafi
(289-295 H/901-908), yang berkuasa pada waktu itu ia memimpin Rumah Sakit di
Baghdad. Untuk menentukan lokasi pendirian bangunan Rumah Sakit di Baghdad ia
meletakan potongan-potongan daging diberbagai tempat kemudian memilih tempat
dimana daging itu yang paling kurang pembusukannya. Dalam menjalankan profesi kedokteran,
ia dikenal pemurah, sayang kepada pasien-pasiennya, Dermawan kepada orang-orang
miskin dengan memberikan pengobatan gratis. Hitti mengatakan bahwa Al-Razi
adalah seorang Dokter yang paling besar dan paling orisinal dari seluruh Dokter
Muslim, dan juga seorang penulis yang paling produktif kemasyuran Al-Razi
sebagai seorang Dokter tidak saja di dunia timur, tapi juga di dunia barat ia
kadang-kadang di juluki the erebic galent. Setelah khalifah al muktafi wafat, razi
kembali ke Ray, dan meninggal dunia pada 5 Sya’ban 313 H (27 Oktober 925 M).
Setelah menderita sakit katarak yang dia tolak untuk diobati dengan
pertimbangan, sudah cukup banyak dunia yang pernah dilihatnya, dan tidak ingin
melihatnya lagi.
Diberitakan, Al Razi banyak menghabiskan
waktunya bersama murid dan paseinnya, disamping belajar dan menulis, konon
keseriusanya dalam belajrlah salah stu penyebab katarak yang dieeritanya. Al
Razi dekenalseorang pemberani dalam menetang beberapa kepercayaan Islam yang
fundamental, atas dasar sikap yang dipilihnya sebegai seorang rasionalis dan
pendukung pandangan kaum naturalis kuno, sehingga ia banyak mendapat kecaman
dan caci maki dari pengarang kemudian.
Lawan-lawan Al Razi yang patut dicatat adalah (
Abu Hatim Al Razi (322 H atau 933 M), lawan paling penting mengingat kepiawaiannya berdakwah dalam aliran islamiyah. Perbedaan
pendapatnya dengan Al Razi terutama tentang agama dan kenabian ia tulis dalam
buku alam al nubuwwah. Abu Hatim, Al Razi lebih mengutamakan filsafat dari
agama yang di anggapnya sebagai khurafat dfan mebawa kepada kebodohan dan
taklid. (2) Abu Qasim Al Balkhi, pimpinan kaum Mutaz’lah Baghdad. Perbedaanya
degan Al Razi pertama mengenai waktu yang terdapat dalam buku al ilm al ilahi,
dan (3) Ibn Tamar yang menolak tulisan Al Razi dalam al thib dan al ruhani.
- Hubungan Akal dan Wahyu
Bahwa akal diberi tempat yang istimewa sebagai
sumber dan perangkat utama untuk memperoleh pengetahuan. Akal mengendalikan
fungsi-fungsi rasa, reaksi gerak,
kehendak, khayalan, fikiran serta ingatan. Dengan akalnya manusia mampu
memahami berbagai gejala alam,
membongkar berbagai misteri serta memahami manusia itu sendiri. Karena itu
Al-Razi memposisikan akal sebagai penguasa, pengendali, dan tempat bersandar
dalam setiap pengambilan keputusan. Sedemikian tinggi kedudukan akal, maka
menjadi kewajiban bagi setiap manusia untuk menempatkannya sebagai penentu setiap
langkah kehidupan.
Al-Razi adalah seorang rasionalis yang hanya
percaya kepada kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu dan perlunya
nabi-nabi. Dia berkeyakinan bahwa akal manusia tetap kuat untuk mengetahui yang
baik serta apa yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan untuk mengatur hidup
manusia di dunia ini. Manusia, dalam pendapatnya, pada dasarnya mempunyai daya
berfikir yang sama besarnya, dan perbedaan timbul karena berlainan Pendidikan
dan berlainan suasana perkembangannya. Nabi-nabi, menurut pendapatnya membawa
kehancuran bagi manusia, dengan ajaran-ajaran mereka yang saling bertentangan.
Bahkan ajaran-ajaran itu menimbulkan perasaan benci membenci diantara umat
manusia yang terkadang meningkat menjadi peperangan agama. Dan karena semua
agama kekuasaan yang ada pada pemuka-pemuka agama, dank arena tertarik pada
upacara-upacara yang mempengaruhi jiwa rakyat yang sederhana dalam pemikiran
qur’an baik dalam bahasa, gaya maupun dalam isi tidak merupakan mukjizat.
Al-Razi lebih mementingkan buku-buku falsafat dan ilmu pengetahuan dari pada
buku-buku agama. Tetapi dia menentang agama pada umumnya, ia bukanlah seorang
Atheis, malahan seorang monotheis yang percaya adanya Tuhan, sebagai penyusun dan
pengatur alam ini.
Dalam falsafatnya mengenai hubungan manusia
dengan Tuhan dia dekat dengan falsafat Pythagoras, yang memandang kesenangan
manusia sebenarnya ialah kembali kepada Tuhan dengan meninggalkan alam materi
ini. Untuk kembali ke Tuhan roh harus terlebih dahulu disucikan dan yang dapat
menyucikan roh adalah ilmu pengetahuan dan berpantang mengerjakan beberapa hal.
Bagi Al-Razi sebagaimana dilihat, jalan menyucikan roh adalah falsafat. Dalam
paham Pythagoras ada transmigration of souls dan ini dalam paham Al-Razi tidak
jelas. Al-Razi dengan demikian dekat menyerupai zahid dalam hal hidup
kebendaan. Tapi ia menganjurkan moderasi, jangan terlalu bersifat zahid tetapi
pula jangan terlalu mencari kesenangan. Manusia harus menjauhi kesenangan yang
dapat diperoleh hanya dengan menyakiti orang lain atau yang bertentangan dengan
rasio. Tetapi sebaliknya manusia jangan pula sampai tidak makan atau
berpakaian, tetapi makan dan berpakaian sekadar untuk memelihara diri.
Al-Razi adalh filosof yang berani mengeluarkan
pendapatnya sungguhpun itu bertentangan dengan paham yang dianut umat islam,
yaitu:
1.
Tidak percaya pada wahyu.
2.
Qur’an tidak mukjizat.
3.
Tidak percaya kepada nabi-nabi.
4.
Adanya hal-hal yang kekal dalam arti tidak bermula dan tidak berakhir
selain Tuhan.
- Filsafat Lima yang Kekal
Pemikiran
Ar-Razi tentang filsafat lima yang kekal dijadikan dasar dalam
menetapkan wujud alam. Artinya alam itu baru akan terwujud bila kelima kekal
tersebut ada. Adapun kelima kekal tersebut adalah: Tuhan, Jiwa Universal,
Materi pertama, Ruang absolut, Masa absolut. Menurut Al-Razi dua dari lima yang
kekal itu hidup dan aktif, yaitu Tuhan dan Jiwa/Roh Universal. Yang satu tidak
hidup dan pasif, yaitu materi. Dua lainnya tidak hidup, tidak aktif dan tidak
pula pasif, yaitu ruang dan masa absolut.
- Tuhan
Menurut Al-Razi Tuhan itu maha bijaksana. Tuhan
adalah pencipta segala sesuatu. Kekuasaan-Nya tidak ada yang menyamain. Ia
mengetahui segala sesuatu dengan sempurna. Pengetahuan Tuhan berbeda dengan
pengetahuan manusia. Sebab pengetahuan manusia dibatasi pengalaman. Sedangkan
pengetahuan Tuhan tidak dibatasi oleh pengalaman. Tuhan Tahu tentang sifat jiwa
yang cenderung bersatu dengan benda dan mencari kenikmatan material. Setelah
jiwa bergabung dengan tubuh Tuhan kemudian mengatur hubungan tersebut kedalam
jiwa. Karena memiliki akal jiwa menjadi sadar bahwa selama masih bergabung
dengan tubuh ia akan tetap menderita. Dengan akal, jiwa tahu tempat asalnya.
Akal pulalah yang menginsyafkan jiwa bahwa kebahagian tertinggi hanya akan
diperoleh setelah jiwa mampu melepaskan diri dari tubuh.
- Jiwa Universal
Disaat jiwa mendekat pada tubuh, tubuh meronta,
melihat nasib jiwa yang tragis ini kemudian Tuhan menolongnya dengan jalan
membentuk alam ini dengan susunan yang kuat sehingga roh dapat memperoleh
kesenangan material didalamnya. Setelah itu Tuhan menciptakan manusia dari
substansi ketuhanan-Nya kemudian diciptakan akal. Fungsi akal adalah
menyadarkan manusia bahwa dunia yang dihadapinya sekarang ini bukanlah dunia
yang sesungguhnya. Menurut Al-Razi dunia yang sesungguhnya itu dapat dicapai
dengan filsafat. Oleh karena itu siapa yang belajar filsafat akan mengerti
dunia yang sebenarnya serta memperoleh pengetahuan selamanya akan tetap berada di dunia sebelum disadarkan oleh filsafat.
- Materi pertama
Benda pertama terdiri dari atom-atom. Masing-masing atom
tidak memiliki volume. Tanpa adanya penggabungan dari atom-atom tadi tidak akan
ada sesuatu yang terwujud. Atom-atom mempunyai sifat sendiri bila padat ia akan
menjadi tanah, kalau kurang padat akan menjadi air. Bila lebih jarang akan
menjadi udara dan akhirnya kalau paling jarang akan menjadi api. Sebenarnya
teori Al-Razi ini tentang benda merupakan penggabungan antara teori Demokritos
dengan teori Empedokles. Selanjutnya Al-Razi mengatakan bahwa bila tidak ada di
dunia ini sesuatu yang berasal kecuali dari benda lain, dan sesuatu lain adalah
benda. Jadi benda itu abadi, pada mulanya ia tidak membentuk tetapi terpancar
dimana-mana.
- Ruang Absolut
Setiap wujud memerlukan ruang sebagai tempat
berwujud. Ruang merupakan tempat bagi setiap yang wujud maupun yang bukan
wujud. Karena materi yang menempati ruang bersifat kekal, maka ruang tempat materi
berada juga kekal. Menurut Al Razi ruang ada dua macam yatiu ruang absolute dan
ruang relatif. Ruang absolut adalah ruang yang ditempati oleh seluruh materi, baik
sebelum atau sesudah diciptakan, bahkan setelah hancurnya alam menjadi
materi-materi yang lain. Keberadaan ruang ini tidak tergantung adanya
benda-benda angkasa. Tanpa benda apapun ruang tetap ada. Sedangkan ruang
relative adalah ruang yang terbatas, yang
adanya tergantung pada wujud yang menempati. Bila tidak ada yang menempati,
maka ruang itu tidak ada.
- Masa Absolut
Waktupun menurutnya dibagi menjadi dua macam
yaitu : Waktu Absolute dan Waktu yang terbatas. Waktu Absolute ialah perputaran
waktu, sifatnya begerak dan kekal. Sedangkan waktu yang terbatas adalah waktu
yang di ukur berdasarkan dan pergeraka bumi, matahari, dan bintang-bintang.
Harus dikemukakan segera bahwa Al Razi tidak
mengajukan pembuktian apapun tentang kekekalan pencipta maupun jiwa. Cukup
jelas ia mempercayai bahwa dunia diciptakan dalam waktu yang bersifat
sementara, berbeda dengan plato yang mempunyai dunia diciptakan tetapti
bersifat abadi. Oleh karena itu, keabadiaan jiwa dan pencipta harus di nyatakan
telah di ajukan oleh Al Razi, sama dengan plato, sebagai sebuah pernyataan akasiomatik.
Tidak saja keabadian jiwa, baik a parte ante maupun a parte post, tetapi
juga pernah filsafat sebagai satu-satunya jalan kearah penyucian jiwa dan
pelpasanya dari belengu tubuh, mencerminkan pengaruh platonik-pithagoreyan yang
cukup kentara, yang betentangan dengan konsep islam tentang wahyu dan konsep
kenabian. Sebenarnya karena keinginanya untuk menyesuaika diri sepenuhya dengan
remis rasionalistiknya, Al Razi telah menolak secara terang-terangan konsep wahyu dan peranan para nabi sebagai
mediator antara tuhan dan manusia. Menurut kenabian itu tidak berguna karena
cahaya akal yang dberikan tuhan cukup memadai untuk mengetahui kebenaran, karena
ia telah menjadi penyebaab dari begitu banyak pertumpaan darah dan peperangan
antara sutu bangsa (mungkin, orang-orang arab) yang meyakini dirinya dianugrahi
wahyu ilahi dan yang lain sebagai orang-orang yang kurang beruntung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar